Ciamis – Mahkota Binokasih yang terbuat dari emas seberat 8 kilogram kembali ke Kabupaten Ciamis (Galuh) setelah ratusan tahun. Mahkota tersebut selama ini disimpan di Museum Geusan Ulun Sumedang.
Bersamaan dengan kegiatan Ngarak Pataka dalam rangka Hari Jadi Ciamis ke 381, Mahkota Binokasih yang menurut sejarah merupakan peninggalan Kerajaan Galuh tersebut ikut diarak. Tujuannya supaya bisa diketahui masyarakat.
Kirab Mahkota Binokasih dan Ngarak Pataka Ciamis dimulai dari Pendopo Bupati Ciamis, Jumat (12/5/2023). Perwakilan Keraton Sumedang Larang menyerahkan mahkota itu kepada Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, lalu diarahkan kepada petugas untuk kemudian diarak menuju Astana Gede Kawali. Mahkota diarak dengan menggunakan Bus Gatrik.
Astana Gede Kawali merupakan peninggalan ibu kota Kerajaan Galuh sebelum berpindah ke Bogor. Dalam rangka napak tilas, mahkota itu dibawa ke tempat asalnya. Setelah itu, Mahkota Binokasih dibawa ke Panjalu, yang juga masih bagian dari Galuh.
Setelah diarak di Ciamis, selanjutnya Mahkota tertua di Asia Tenggara ini dibawa ke Bogor (Kerajaan Pajajaran). Lalu dibawa kembali ke Sumedang.
Menteri Luar Keraton Sumedang Larang Raden Asep Sulaeman Fadil mengatakan sebagai utusan dari Sumedang, dirinya membawa Mahkota Binokasih ke Ciamis sebagai tanah leluhur. Asep mengatakan saat ini Mahkota Binokasih pulang ke tempat asal di Ciamis.
“Tidak akan ada Pajajaran, tidak akan ada Sumedang kalau tidak ada Galuh. Jadi kami datang ke sini ke leluhur kami. Semuanya juga Sunda. Kami dari Sumedang hanya membawa simbol teragung dari Kerajaan Sunda. Mahkota ini sebagai simbol kasih sayang teragung,” jelasnya.
Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mengatakan Mahkota Binokasih 700 tahun ke belakang berada di Ciamis, lalu dibawa ke Bogor dan terakhir ke Sumedang. Bahkan sejatinya Mahkota Binokasih adalah milik Ciamis karena pada masa itu wilayah Kerajaan Galuh cukup luas.
“Sekarang ada di Sumedang Larang, itu tidak apa-apa asal dirawat dan diurus karena itu peninggalan leluhur kami. Ini membuktikan bahwa Galuh itu ada,” ucapnya.
Mengenai Ngarak Pataka, Herdiat menyebut tahun ini merupakan yang kedua kali. Ngarak Pataka digelar pada saat pandemi bertujuan untuk meminimalisir kerumunan saat Hari Jadi Ciamis. Namun ternyata antusiasme masyarakat tinggi.
“Ngarak Pataka ini dimulai dari Pendopo Ciamis ke Kecamatan Kawali, selanjutnya ke 5 titik eks kewadanaan. Kami ingin seluruh masyarakat tahu hari jadi Ciamis, jangan sampai tidak ada yang tahu,” tegasnya.
(mso/orb)
Sumber : https://www.detik.com/