PR CIAMIS – Rahmat Khoerudin atau yang akrab disapa Amat, pria kelahiran 15 Juni 1995 Kabupaten Ciamis ini memang memiliki kondisi yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Ia terlahir disabilitas tangannya tidak memiliki jari atau tidak sempurna. Kendati terlahir dengan tubuh tak sempurna, namun keterbatasan itu tak membuat Amat merasa berbeda dengan orang normal bahkan dia menolak dikatakan sebagai seorang penyandang disabilitas. Saat ini Ia tinggal di Dusun Sukamaju RT/RW 02/01, Desa Kutawirin, Kecamatan purwadadi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Setelah mengalami banyak kegagalan dalam hidup, sulit mendapatkan pekerjaan dan putus kuliah di salah satu perguruan tinggi di Batam pada tahun 2016 karena faktor biaya. Amat mulai mendalami seni lukis sejak tahun 2018.
“Dulu itu sangat sulit akses informasi tentang pekerjaan bagi penyandang disabilitas, sehingga saya bingung dan sempat depresi,” ujar Amat kepasa PR Ciamis, Senin 13 November 2023. Ia menceritakan, hari demi hari hanyalah pensil dan kertas yang menemani dan menjadi sahabatnya. Semua itu menjadi obat bagi mental dan hati Amat yang kian tersiksa oleh keadaan. Hingga akhirnya, coretan demi coretan di kertas mulai berbentuk dan Dia mampu membuat sketsa wajah. “Berawal dari situ, lukisan sketsa wajah yang saya buat mulai banyak yang suka sampai menjadi pundi rupiah yang menghasilkan,” ucapnya. Padahal, kata Dia, dari keluarganya tidak ada satupun yang berlatar belakang seorang seniman. Dari keempat saudaranya hanya Amat yang memiliki kemampuan melukis. Karena sedari kecil, Amat memang sudah bisa menggambar. Dia merasa bahagia ketika melukis, karena dengan begitu Amat bisa mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakan ketika tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.
“Pokoknya ada perasaan bahagia dalam hati saya ketika melukis, baik itu mendapatkan uang maupun tidak,” imbuhnya. Ia menyampaikan, dengan keterbatasan, Amat ingin merubah stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas, bahwa disabilitas bukan lah objek belas kasihan, sesungguhnya disabilitas juga mampu untuk berkarya dan sukses dalam profesi apapun. “Akan tetapi, minimnya peluang bagi disabilitas menjadi tembok penghalang sehingga banyak di antara kami sulit untuk berkembang,” jelasnya. Dia berharap, dengan melukis mampu merubah paradigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas yang menganggap sebagai beban masyarakat dan sebagainya. Ini menjadi bukti bahwa disabilitas juga mampu produktif dan kreatif asalkan diberikan kesempatan yang sama.
“Kita tidak ingin dikasihani tapi tidak memberdayakan. Makanya saya mewakili mereka (penyandang cacat) yuk kita pikir ulang apa yang disematkan kepada kita,” ungkapnya. Menurut Amat dengan bakat melukis yang dianugerahkan kepadanya sejak sedari kecil, kondisi tersebut justru menjadi spirit baginya hingga melampaui batas pencapaian. Amat kini banyak menghasilkan lukisan sketsa wajah, dan ia pasarkan diberbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Tiktok.***
Sumber : ciamis.pikiran-rakyat.com