Ciamis, FaktaIndonesiaNews.com — diSejarah panjang seni Debus Sanghyang Panjibarani Desa Bahara, Panjalu Kabupaten Ciamis yang dimulai pada tahun 1917, mengalami tonggak sejarah baru. Pemerintah Kabupaten Ciamis akan terbitkan SK untuk meresmikan seni tersebut ke tingkat Nasional dan Internasional.
Perayaan yang diadakan oleh Pemerintah Desa Bahara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk para Kepala Dinas yang mewakili Bupati Ciamis di Aula Desa Bahara, Minggu (1/10/2023) malam.
Mewakili Bupati Ciamis, Kepala Dinas Kebudayaan Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Erwan, menyoroti pentingnya pembinan, pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan seni budaya, sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
“Ada kekhawatiran yang menghantui, dengan usia seni debus yang telah mencapai 106 tahun, pemainnya juga menua. Upaya untuk melindungi warisan budaya ini melibatkan usaha keras dari dinas terkait, termasuk upaya pendaftaran seni debus ini di tingkat nasional dan internasional,” kata dia.
Erwan berharap masyarakat, khususnya generasi muda Panjalu Bahara, bisa mendorong untuk memberikan perhatian lebih terhadap seni debus ini, terutama di era digital saat ini.
Mereka diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan seni debus, dan melibatkan partisipasi dari luar kabupaten hingga luar negeri.
“Melalui upaya bersama, warisan budaya ini diharapkan dapat terus berkembang dan tetap hidup dalam ingatan masyarakat. Semoga seni debus ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat, mengukir sejarah baru dalam perjalanan panjangnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Bahara H. Udin menjelaskan Dengan tema tasyakuran binimah ultah Ke-106 Seni Debus Sanghyang Baharani Desa Bahari Panjalu menjadi sorotan, menggambarkan kekayaan sejarah seni debus ini yang terkait erat dengan Kerajaan Panjalu.
“Seni debus ini awalnya dirancang untuk prajurit, membuktikan keberanian mereka dalam mempertahankan kerajaan saat perang. Tak hanya itu, seni debus Sanghyang Panjibarani juga mencakup aspek musik yang tak lepas dari jidur,” jelasnya.
Menurutnya, atraksi hebat ini, melibatkan penggunaan papan dan kayu, mengandung filosofi mendalam bahwa benda-benda ini suatu saat akan digunakan untuk jenazah kita, mengajarkan kebijaksanaan tentang kematian.
Salah satu aspek menarik dari seni debus ini adalah penggunaan atraksi api, sebuah simbol dari keberanian dan keyakinan akan adanya neraka.
“Namun, penting untuk dicatat bahwa atraksi ini bukanlah bentuk kesombongan, melainkan sebuah upaya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT,” pungkasnya.
Sumber : www.faktaindonesianews.com